focus in medic

focus in medic adalah blog yang menyediakan informasi tentang dunia kedokteran

15 Februari 2009

Tuberculosis, pneumonia, dan kanker paru

Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Sistem Respirasi

Secara umum saluran udara pernapasan adalah sebagai berikut : dari nares anterior menuju ke cavitas nasalis, choanae, nasopharynx, larynx, trachea, bronchus primarius, bronchus secundus, bronchus tertius, bronchiolus, bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium alveolaris, sacculus alveolaris, kemudian berakhir pada alveolus tempat terjadinya pertukaran udara (Budiyanto, dkk, 2005).

Respirasi terdiri dari dua mekanisme, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi costa tertarik ke kranial dengan sumbu di articulatio costovertebrale, diafragma kontraksi turun ke caudal, sehingga rongga thorax membesar, dan udara masuk karena tekanan dalam rongga thorax yang membesar menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Sedangkan ekspirasi adalah kebalikan dari inspirasi (Ganong, 1999; Guyton, 1998).

Respirasi melibatkan otot-otot regular dan otot bantu. Otot reguler bekerja dalam pernapasan normal, sedang otot bantu atau auxiliar bekerja saat pernapasan sesak. Otot reguler inspirasi : m. Intercostalis externus, m. Levator costae, m. Serratus posterior superior, dan m. Intercartilagineus. Otot auxiliar inspirasi : m. Scaleni, m. Sternocleidomastoideus, m. Pectoralis mayor et minor, m. Latissimus dorsi, m. Serrarus anterior. Otot reguler ekspirasi : m. Intercostalis internus, m. Subcostalis, m. Tranversus thorachis, m. Serratus posterior inferior. Otot auxiliar ekspirasi : m. Obliquus externus et internus abdominis, m. Tranversus abdominis, m. Rectus abdominis (Syaifulloh, dkk, 2008).

Secara histologis, saluran napas tersusun dari epitel, sel goblet, kelanjar, kartilago, otot polos, dan elastin. Epitel dari fossa nasalis sampai bronchus adalah bertingkat toraks bersilia, sedang setelahnya adalah selapis kubis bersilia. Sel goblet banyak terdapat di fossa nasalis sampai bronchus besar, sedang setelahnya sedikit sampai tidak ada. Kartilago pada trakea berbentuk tapal kuda, pada bronkiolus tidak ditemukan dan banyak terdapat elastin (Carlos Junqueira, dkk, 1998).

TUBERCULOSIS

Definisi dan Etiologi

Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, tahan asam dalam pewarnaan, disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman ini mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup di tempat gelap dan lembab. Cara penularanny melalui droplet (percikan dahak). Kuman dapat menyebar secara langsung ke jaringan sekitar, pembuluh limfe, dan pembuluh darah (Anonim, 2008; Tim Field Lab, 2008).

Klasifikasi
1. Infeksi primer. Infeksi yang pertama kali terjadi pada tubuh yang belum memiliki reaksi spesifik terhadap basil TB tersebut.
2. Infeksi post primer. Infeksi yang terjadi setelah infeksi primer, biasanya setelah beberapa bulan atau tahun. Infeksi ini muncul kembali saat daya tahan tubuh menurun, misalnya status gizi buruk, infeksi HIV, dan lain-lain (Amin, 1989; Reviono, 2008).

Gambaran Klinik

Gejala respiratorik berupa batuk lebih dari 3 minggu, hemoptisis, sesak napas, nyeri dada. Gejala sistemik berupa badan lemah, nafsu makan turun, berat badan (BB) turun, malaise, keringat malam (Chandrasoma, 2006).

Diagnosis


1. Anamnesis, yaitu mengenai gejala, riwayat penyakit, riwayat paparan/ kontak dengan penderita TB.
2. Pemeriksaan makroskopis bakteri : cara SPS, metode pengecatan Ziehl Nellson, pembacaan skala IUATLD, skala Bronkhorst.
3. Radiologis. Lesi multiform aktif : infiltrat, konsolidasi, noduler, milier, cavitas, efusi. Lesi inaktif : fibrotik, kalsifikasi, schwarte. Digunakan untuk membedakan lesi minimal dan lesi luas.
4. Uji tuberkulin. Berdasar reaksi hipersensitifitas tipe 4, dimana basil TB memproduksi tuberculoprotein yang akan merangsang munculnya reaksi tersebut.
5. Pemeriksaan darah dipakai untuk mengetahui aktivitas penyakit (Reviono, 2008).

Penatalaksanaan


Penatalaksanaan TB dibagi menjadi 4 kategori. Kategori I untuk pasien baru : 2HRZE/4R3H3. kategori II untuk pasien kambuh dan gagal pengobatan kategori I : 2HRZES/HRZE/5R3H3E3. Kategori III untuk pasien TB anak-anak : 2HRZ/4R3H3. Kategori IV untuk pasien kronik yang sudah gagal dari kategori II : Isoniazid (INH) seumur hidup (Tim Field Lab, 2008).

PNEUMONIA


Definisi Etiologi


Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme selain Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri, virus, jamur, parasit. Berdasar sumber kumannya : pneumonia komuniti yang didapat di masyarakat, pneumonia nosokomial didapat di rumah sakit, pneumonia aspirasi, dan pneumonia imunocompromised. Berdasar penyebabnya : pneumonia bakterial/ tipikal (staphylococus, streptococcus, hemofilus influenza, klebsiella, pseudomonas. ), pneumonia atipikal (mycoplasma, legionella, chlamydia), pneumonia virus, dan pneumonia jamur. Berdasarkan predileksinya : pneumonia lobaris lobularis, bronkopneumonia, pleuropneumonia, dan pneumonia interstitiil (Price dan Wilson, 2006; Amin, 1989).

Patogenesis dan Patologi


Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, hal ini akibat aktivitas mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme, dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembang biak menimbulkan penyakit. Cara mikroorganisme masuk saluran napas dengan 4 cara : inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi di permukaan mukosa.

Bakteri yang masuk alveoli menyebabkan reaksi radang, edema seluruh alveoli, dan infiltrasi sel-sel PMN. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan lekosit yang lain melalui pseudopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit.

Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi :
  1. Zona luar : alveoli yang terisi bakteri dan cairan edema.
  2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
  3. Zona konsolidasi luar : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
  4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag (Reviono, 2008).
Diagnosis

Anamnesis, didapatkan gejala demam menggigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak mukoid atau purulen, sesak napas, kadang nyeri dada, batuk darah bisa sedikit bisa banyak.
Pemeriksaan fisik, tergantung luas lesi. Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal, palpasi : fremitus dapat mengeras, perkusi redup. Auskultasi : suara dasar bronkovesikuler sanpai bronkial, suara tambahan ronki basah pada stadium resolusi.
Gambaran radiologis : gambaran infiltrat sampai konsolidasi (berawan) dapat disertai air bronchogram.

Pemeriksaan laboratorium, peningkatan lekosit 10.000/ul-30.000/ul. Untuk dapat mengetahui etiologi dilakukan pemeriksaan dahak, biakan dan serologi. Analisis gas darah menunjukan hipoksemia, pada stadium lanjut asidosis respiratorik.

Pengobatan


Terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik sebaiknya berdasar data mikroorganisme dan hasil uji kepekaan (Reviono, 2008).

KANKER PARU


Adalah semua penyakit keganasan di paru mencakup keganasan yang berasal dari paru maupun dari metastasis. Ada beberapa golongan yang memiliki risiko tinggi terkana kanker paru : laki-laki lebih tinggi, usia di atas 40 tahun, perokok, paparan industri, perempuan sebagai perokok pasif (Rima, 2008).

Gambaran Klinis


Dibagi menjadi dua golongan : gejala khas dan tidak khas. Gejala khas : sesak napas, sulit/ sakit menelan, benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, batuk dengan atau tanpa dahak, hemoptisis, sakit dada. Gejala tidak khas : berat badan berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul (Amin, 1989; Chandrasoma, 2006).

Diagnosis


Anamnesis, berupa gejala, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, faktor risiko.
Pemeriksaan fisik, tergantung besar dan letak tumor. Bila tumor kecil dan letak di perifer, menunjukan gambaran normal. Tumor ukuran besar, letak di sentral, dan bila disertai atelektasis akan terjadi penarikan trakea atau oesofagus.
Radiologis. Tampak nodul soliter sirkumskripta atau coin lession pada radigram dada merupakan petunjuk dini untuk mendeteksi karsinoma bronkogenik, meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.

Bronkoskopi, memiliki beberapa fungsi : untuk mengambil bahan atau jaringan, untuk mengetahui kelainan mukosa bronkus, untuk menilai keadaan percabangan bronkus.
Pemeriksaan khusus meliputi : sitologi sputum, trans torakal biopsi (TTB) untuk lesi yang letaknya perifer, trans bronkial lung biopsi (TBLB), torakoskopi, mediastinoskopi, dan torakotomi eksplorasi sebagai pilihan terakhir (Rima, 2008).

Patologi


Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya :
Karsinoma sel kecil
Karsinoma bukan sel kecil meliputi : karsinoma skuamosa, karsinoma sel besar, adenokarsinoma (Price dan Wilson, 2006).

Staging


Penderajatan kanker paru menurut International Staging System for Lung Cancer dengan sistem TNM (tumor, kelenjar getah bening, metastase). Stadium IA : T1N0M0. Stadium IB : T2N0M0. Stadium IIA : T1N1M0. Stadium IIB : T2N1M0. Stadium IIIA : T1N2M0, T2N2M0, T3N1M0, T3N2M0. Stadium IIIB : T berapa pun N3M0, T4 N berapa pun M0. Stadium IV : TN berapa pun M1 (Price dan Wilson, 2006).

Pengobatan


Pembedahan (operasi), diindikasikan pada jenis sel karsinoma bukan sel kecil stadium I dan II. Stadium IIIA perlu diberi kemoterapi dahulu untuk menurunkan staging.
Radioterapi sebagai terapi kuratif dan paliatif.
Kemoterapi (Rima, 2008).

Komplikasi


Batuk darah 2,3% dan pneumotorak 15,4% (Rima, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Amin, Alsagaff, Saleh. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
  2. Anonim. 2008. Penyakit TBC. http://www.medicastore.com/penyakit_tbc.htm. (4 Desember 2008)
  3. Budianto, dkk. 2005. Guidance to Anatomy 2. Surakarta : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.
  4. Carlos Junqueira, Jose Carniero, Robert Kelley. 1998. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.
  5. Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2. Jakarta : EGC.
  6. Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-17 . Jakarta: EGC.
  7. Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 . Jakarta: EGC.
  8. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
  9. Reviono, dkk. 2008. Buku Pedoman Skills Lab Keterampilan Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi Semester III. Surakarta : FKUNS
  10. Reviono. 2008. Kegawatan Paru. Slide Kuliah FKUNS.
  11. Reviono. 2008. Pneumonia. Slide Kuliah FKUNS.
  12. Reviono. 2008. Tuberkulosis. Slide Kuliah FKUNS.
  13. Rima, Ana. 2008. Kanker Paru. Slide Kuliah FKUNS.
  14. Syaifulloh, dkk. 2008. Handout Respirasi. Surakarta : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.
  15. Tim Field Lab FKUNS. 2008. Keterampilan Pengendalian Penyakit Menular Tuberkulosis. Surakarta : FKUNS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment